
Startup insurtech yang berbasis di Singapura, Bolttech, telah mengakuisisi saham mayoritas di perusahaan pialang asuransi Indonesia, PT Axle Asia. Dengan aksi korporasi ini, Axle Asia akan resmi menjadi anak perusahaan dan selanjutnya akan menjalani rebranding.
Dalam keterangan resminya, akuisisi ini merupakan strategi untuk mempercepat penyebaran kapabilitas Bolttech di Indonesia dengan menawarkan produk asuransi dan melengkapi solusi bisnis yang ada.
Rob Schimek, CEO Bolttech Group, mengatakan misi perusahaan adalah membangun ekosistem asuransi dan perlindungan berbasis teknologi di dunia. “Tingkat pertumbuhan di Indonesia termasuk yang tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Pertumbuhan ini membuka peluang bagi solusi Insurtech untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mitra bisnis lokal yang berubah secara dinamis,” katanya.
Seperti diketahui, Bolttech gencar mendorong perluasan layanannya melalui akuisisi dua perusahaan di sektor asuransi selama hampir dua tahun. Bolttech menganeksasi I-surance (Spanyol) pada 2021 dan Ava Insurance Brokers (Singapura) pada awal 2022.
Bolttech meraih status unicorn dalam waktu 15 bulan sejak diluncurkan pada April 2020. Pendanaan Bolttech didukung oleh sejumlah investor termasuk Alpha Leonis Partners, Dowling Capital Partners dan B. Riley Venture Capital.
Sementara itu, Axle Asia adalah perusahaan pialang asuransi yang berbasis di Jakarta yang didirikan pada tahun 2008. Axle Asia merupakan anak perusahaan dari aliansi strategis antara Axle Indonesia dan PT True Capital
Komisaris Axle Asia Junaedy Ganie mengatakan platform Bolttech sekarang berada di posisi terdepan untuk membentuk masa depan distribusi asuransi. “Akuisisi ini akan memperkuat komitmen kedua perusahaan untuk berinovasi dan menghadirkan lebih banyak pilihan asuransi kepada konsumen Indonesia dengan lebih cepat,” ujarnya.
Sementara itu, menyusul akuisisi Axle Asia, Bolttech telah menunjuk Srinath Narasimhan sebagai General Manager untuk mengawasi pertumbuhan Bolttech di Indonesia.
Bolttech kini memiliki lebih dari 800 distributor dan 200 perusahaan asuransi dalam jaringannya dan secara resmi terdaftar di 36 yurisdiksi internasional. Bolttech juga telah menawarkan premi asuransi senilai lebih dari $50 miliar di seluruh dunia. Layanannya telah menjangkau 30 pasar di tiga benua, yaitu Amerika Utara, Asia, dan Eropa.
pasar asuransi
Peluang digitalisasi sektor asuransi di Indonesia masih sangat besar mengingat penetrasinya masih sangat rendah. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia sendiri sekitar 1,2% pada 2020, tertinggal dari Thailand (3,4%), Malaysia (4%), Jepang (5,8%) dan Singapura kembali (7,6%) dan Hong Kong (19,2%).
Salah satu penyebab rendahnya penetrasi asuransi adalah rendahnya tingkat literasi dan inklusi keuangan. Merujuk pada Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2019, tingkat inklusi keuangan di Indonesia sebenarnya sudah mencapai 76,19% dan tingkat literasi keuangan sudah mencapai 38,03%. Namun, tingkat inklusi asuransi baru adalah 13,15% dan tingkat melek huruf adalah 19,4%.
Sejumlah startup insurtech berusaha memanfaatkan peluang pasar dengan menawarkan proposisi nilai yang berbeda. Sebagai salah satu pemain lama Insurtech, Qoala memposisikan platformnya untuk segmen ritel. Sedangkan Aigis membidik segmen bisnis melalui layanan administrasi asuransi yang dipadukan dengan fitur wellness.
Sumber :